Winston Reid: Bek Tengah Kalem Tapi Gahar yang Jadi Tembok Besi West Ham United

Kalau lo nonton Premier League antara 2010 sampai akhir 2010-an dan sempat ngikutin West Ham United, pasti kenal nama ini: Winston Reid. Dia mungkin gak seikonik Terry atau Kompany, tapi buat fans The Hammers, Reid adalah legenda sejati.
Bukan karena trofi, bukan karena gaya, tapi karena loyalitas, dedikasi, dan performa konsisten selama nyaris satu dekade.

Waktu pemain lain pindah demi trofi atau uang, Reid stay bareng West Ham, bahkan saat klub naik-turun kayak rollercoaster. Dia jadi figur penting di lini belakang, pemimpin diam-diam, dan salah satu bek yang sering dipuji lawan tapi gak banyak dibahas media.

Awal Karier: Dari Selandia Baru ke Denmark, Lalu ke Inggris

Winston Reid lahir di North Shore, Auckland, Selandia Baru, tahun 1988. Tapi karier profesionalnya malah berkembang di Eropa, tepatnya di Denmark, bareng FC Midtjylland. Di sanalah dia ditempa jadi bek yang solid secara taktik, tenang dengan bola, dan jago duel udara.

Awalnya, dia main untuk timnas junior Denmark, karena punya kewarganegaraan ganda. Tapi kemudian memutuskan buat balik ke akar dan membela Selandia Baru — keputusan yang bikin dia langsung jadi idola di negara asalnya.

Puncak exposure-nya? Piala Dunia 2010. Reid mencetak gol penyeimbang menit akhir lawan Slovakia — dan dari situ, klub-klub mulai melirik. Salah satunya? West Ham United.

Gabung West Ham: Transfer Lowkey yang Jadi Legendaris

West Ham merekrut Winston Reid tahun 2010. Saat itu, dia bukan pemain yang dikenal publik Inggris. Tapi manajer The Hammers ngelihat potensi dan kecerdasannya dalam membaca permainan.

Di musim pertamanya, Reid butuh waktu buat adaptasi. Tapi begitu klik, dia jadi bek utama. Dan bukan cuma starter, tapi bek sentral paling konsisten selama bertahun-tahun.

Musim demi musim, manajer silih berganti — Avram Grant, Sam Allardyce, Slaven Bilić, hingga David Moyes — tapi satu yang tetap: nama Winston Reid di starting XI.

Gaya Main: Keras Kepala Tapi Cerdas

Reid bukan tipe bek yang tampil flashy. Tapi skillset-nya beneran solid dan fungsional:

  1. Duel udara – Tinggi badannya, positioning, dan timing loncat bikin dia dominan di udara. Baik saat bertahan maupun menyerang bola mati.
  2. Body positioning – Dia ngerti banget kapan harus close down, kapan tahan posisi, dan kapan potong jalur bola.
  3. Leadership – Gak harus pake ban kapten, tapi dia selalu mengatur barisan belakang, berani teriak, dan bawa aura tegas.
  4. No-nonsense mentality – Kalau perlu buang, ya buang. Tapi bukan asal tendang. Dia tahu kapan ambil risiko dan kapan main aman.

Dan yang paling penting, dia bisa main di tim yang bertahan total atau yang main dominasi bola.
Adaptif. Fleksibel. Anti ribet.

Momen Paling Ikonik: Gol Terakhir di Upton Park

Ini momen yang bikin nama Winston Reid abadi di hati fans West Ham:
Tanggal 10 Mei 2016, West Ham main laga terakhir di Boleyn Ground (Upton Park) lawan Manchester United.
Skornya 2-2, menit 85, dan boom — Winston Reid nyundul bola dari corner dan bikin gol penentu kemenangan 3-2.

Gak cuma gol biasa. Itu gol terakhir West Ham di stadion lama mereka, stadion yang penuh sejarah dan nostalgia.

Reid langsung jadi legenda instan. Sampai sekarang, fans masih nyebut gol itu sebagai salah satu momen emosional terbaik dalam sejarah klub.

Cedera: Titik Balik Karier

Sayangnya, setelah musim-musim konsisten dan perpanjangan kontrak panjang, Winston Reid kena cedera serius yang bikin dia absen hampir dua musim penuh.
Cedera panggul dan ligamen terus menghantui dia sejak 2018.

Waktu dia balik, West Ham udah berubah. Bek-bek baru masuk. Ritme permainan berubah. Reid sulit dapet tempat. Dia sempat dipinjamkan ke Sporting Kansas City di MLS dan kemudian Brentford, tapi jelas: puncak kariernya udah lewat.

Akhirnya, tahun 2021, kontraknya diakhiri secara damai oleh West Ham. Fans sedih, tapi semua tahu: Reid udah kasih segalanya buat klub.

Timnas Selandia Baru: Kapten dan Simbol Bangsa

Di luar West Ham, Reid adalah ikon besar di sepak bola Selandia Baru.
Dia jadi kapten timnas, tampil di Piala Dunia 2010, dan terus bela negara saat banyak pemain lain pilih prioritas klub.

Di negara di mana rugby lebih populer dari sepak bola, Reid berhasil bawa spotlight ke All Whites — julukan timnas mereka.

Dia juga berperan aktif dalam pengembangan sepak bola di level akar rumput, ngebantu promosi liga lokal, dan jadi wajah dari sepak bola profesional Selandia Baru.

Legacy: Loyalitas Lebih Penting dari Trofi

Winston Reid gak punya koleksi trofi.
Gak pernah main di Liga Champions.
Gak pernah dibeli klub besar.

Tapi dia punya sesuatu yang lebih langka di sepak bola modern: respek universal dari fans klub yang dia bela.

Dia main:

  • 11 tahun buat West Ham
  • Lebih dari 220 penampilan
  • Pahlawan di momen historis
  • Kapten tak resmi
  • Dan selalu tampil habis-habisan

Di era ketika banyak pemain “naik dikit, pindah klub,” Reid stay di klub yang naik-turun dan tetap kasih loyalitas penuh. Dan itulah kenapa dia disebut cult hero sejati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *